Thursday, January 15, 2009

Adab Makan Berbarokah

Didalam makanan terdapat banyak adab yang telah diketahui dan masyhur, saya akan meringkas dalam pembahasan ini untuk menerangkan adab-adab makan yang diajarkan oleh Rasulullah dan agar mendapatkan barakah. Adab-adab itu adalah sebagai berikut :

1. Berkumpul Pada Makanan :

Dari Wahsyi bin Harbin bahwasannya para sahabat Nabi berkata : "Wahai Rasulullah kami makan tetapi tidak kenyang, Rasulullah bertanya : 'Barangkali kalian makan sendiri-sendiri?' maka para sahabat menjawab : 'Benar' Rasulullah bersabda : 'berkumpullah pada makanan kalian, berdzikirlah dengan menyebut nama Allah U untuk makanan itu niscaya makanan kalian akan diberkahi untuk kalian." (Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban).

Hadits yang menunjukkan pada barakahnya berkumpul pada makanan yaitu satu hadits yang terdapat shahih bukhari dan muslim dari Abu Hurairah bahwasannya ia berkata Rasulullah bersabda : "Makanan untuk dua orang mencukupi untuk tiga orang, makanan tiga orang mencukupi untuk empat orang" (Bukhari)

Dalam riwayat yang lain dalam shahih muslim dari jabir bin abdillah : "Makanan satu orang mencukupi untuk dua orang, makanan dua orang mencukupi untuk empat orang, makanan empat orang mencukupi untuk delapan orang" (Muslim)

Imam Nawawi berkata : "Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk tolong menolong pada makanan, dan bahwasannya sekalipun makanan itu sedikit akan tercapai kecukupan yang diinginkan, dan akan terdapat barakah yang meliputi orang-orang yang hadir dalam makanan itu." (Syarah Imam Nawawi li Shahihil Muslim 14/23)

Ibnu hajar berkata : "Di ambil dari hadits ini satu pengertian bahwasannya kecukupan itu akan timbul dari barakahnya berkumpul pada makanan dan bahwasannya setiap kali yang berkumpul itu semakin banyak maka bertambah pula barakahnya." (Fathul Bari 5/535 dengan sedikit perubahan)

Oleh karena itu sebagian ulama berpendapat dianjurkannya berkumpul pada makanan dan hendaknya seseorang tidak makan sendirian. (Fathul Bari 5/535)

2. Membaca Bismillah Ketika Makan.

Rasulullah bersabda :"Berkumpullah pada makanan kalian dan sebutlah nama Allah atasnya niscaya makanan kalian akan diberkahi untuk kalian." Oleh karena itu tidak membaca bismillah pada makanan akan menghalangi diperolehnya barakah pada makanan itu.

Hingga bahwasannya setan (semoga Allah melindungi kita darinya) ikut serta dalam memakan makanan itu, sebagaimana disebut dalam hadits shahih Muslim bahwasannya Nabi bersanda : "Sesunggunya setan akan mengusai makanan dan ikut serta makan makanan itu jika tidak disebut nama Allah." (Shahih Muslim 3/1597)

Imam Nawawi berkata : "Makna hadits tersebut adalah setan akan ikut makan makanan itu jika seseorang makan dengan tanpa menyebut nama Allah, adapun jika seseorang menyebut nama Allah maka setan tidak akan menguasai makanan itu, dan jika sekelompok orang makan bersama-sama sebagian mereka membaca bismillah dan sebagian lainnya tidak membaca bismillah maka setan tidak akan mempu menguasai makanan itu." (Syarah Nawawi li Shahihil Muslim 13/189,190)

Dan Imam Nawawi memberi penjelasan lain tentang adab membaca bismillah dan hukum-hukumnya, ia berkata : "Para ulama bersepakat disunnahkannya membaca bismillah dipermulaan awal makan, jika seseorang tidak membaca bismillah diawal kali makan entah itu karena sengaja atau lupa atau adanya penghalang lain, lalu ia teringat di pertengahan saat ia makan maka dianjurkan untuk membaca : "Dengan nama Allah diawal dan diakhir makan".

Sebagaimana dalam hadits Bahwasannya Rasulullah bersabda : "Jika salah seorang diantara kalian makan maka hendaklah membaca bismillah, jika ia lupa diawalnya hendaklah membaca dengan nama Allah diawal dan akhir makan." (Abu Dawud 4/139, Ibnu Majah 2/1087, Imam Ahmad dalam Musnadnya 6/208, Ad-Darimi 2/94, Hakim 4/108) dan dianjurkan pula untuk memperdengarkan bismillah agar dapat mengingatkan orang lain dan agar dicontoh.

3. Makan Dari Tepi Makanan

Dari Ibnu Abbas ia berkata : Rasulullah bersabda : "Barakah itu turun ditengah makanan, makanlah dari tepinya dan janganlah makan dari tengahnya." (Tirmidzi 4/260, Ibnu Majah 2/1090, Ahmad 1/270, Ad-Darimi 2/100, Ibnu Hibban 7/333)

Dari Abdullah bin Bassar bahwa didatangkan kepada Rasulullah r piring yang berisi makanan, lalu Rasulullah bersabda : "Makanlah dari tepi-tepinya dan tinggalkanlah tengahnya niscaya makananitu diberkahi." (Abu Dawud 4/143, Ibnu Majah 2/1090)

Didalam dua hadits diatas atau hadits yang semisalnya terdapat petunjuk Rasulullah kepada kaum muslimin ketika makan, hendaknya mereka memulai dari tepi-tepi makanan, untuk mendapatkan barakah yang dijanjikan Allah akan turun ditengah makanan, dan hendaknya mereka tidak memulai makan dari tengahnya sebelum makan dari tepi-tepinya. Inilah adab umum terhadap orang yang akan makan sendiri atau makan bersama orang lain.

Al-Khithabi rh berkata : "larangan ini adalah larangan makan dari tengah piring jika seseorang makan bersama orang lain, yang demikian itu dikarenakan tujuan yang dicari dari makan itu adalah makanan yang paling baik dan paling utama, maka jika seseorang mengambil makanan dan menggangu orang lain maka hal ini adalah termasuk meninggalkan adab makan dan perangai yang jelek dalam pergaulan, adapun jika seseorang makan sendiri maka tidak mengapa mengambil dari tengah makanan, dan Allahlah yang lebih mengetahui tentang hal ini." (Ma'alim As-Sunan lil Khithabi 4/124 dengan sedikit perubahan)

Tetapi dhahir hadits tersebut adalah larangan umum, tersebut larangan dalam dua hadits itu dengan bentuk larangan sendiri maupun banyak orang, dan barangkali maksud dari hadits tersebut adalah menetapkan barakah makanan untuk waktu yang lebih lama.

Kemudian juga dalam adab ini (makan dari tepi makanan) adalah merupakan adab yang baik terlebih lagi jika seseorang makan bersama-sama orang lain.

4. Menjilat Jari - Jemari Sesudah Makan, dan Menjilat Piring Bekas Makanan Itu, dan Makan Makanan yang Jatuh.

Didalam shahih Muslim dari Anas bahwasannya Rasulullah jika usai makan suatu makanan beliau r menjilat tiga jarinya yang dipakai untuk makan, dan beliau bersabda : "Jika makanan salah seorang kalian jatuh maka hendaklah dibersihkan dari kotoran lalu hendaknya memakan makanan itu, dan janganlah membiarkan makanan itu untuk setan (tidak mengambilnya)."

Dan beliau memerintahkan kita agar kita menjilati piring, berilau bersabda : "Sesungguhnya kalian tidak mengetahui dibagian mana makanan kalian diberkahi". (Muslim 3/1607)

Dan didalam shahih Muslim juga dari Abu Hurairah t dari Nabi, beliau bersabda : "Jika salah seorang diantara kalian makan hendaknya menjilati jari-jemarinya, karena sesungguhnya ia tidak mengetahui dibagian mana barakah itu." (Muslim 3/1607)

Dalam riwayat lain dari Jabir bin Abdillah t : Rasulullah bersabda : "Janganlah seseorang mengusap tangannya dengan sapu tangan sebelum menjilati jari-jemarinya." (Muslim 3/1606)

Dan hadits-hadits lainnya yang semisal ini. Inilah hadits-hadits yang mengandung bermacam-macam adab (ajaran) makan : diantaranya adalah menjilat jari-jemari tangan untuk menjaga barakah makanan, dan membersihkan jari-jemarinya, dan dianjurkan menjilati tempat makanan, dan makan makanan yang jatuh sesudah dibersihkan dari kotoran yang terkadang mengenai makanan itu atau hal-hal lain selain ini.

Imam Nawawi rh menjelaskan makna sabda Rasulullah : "Karena sesungguhnya ia tidak mengetahui dibagian mana barakah itu." Imam Nawawi berkata : "Maknanya (Allahu a'lam) bahwasannya makanan yang akan dimakan seseorang terdapat barakah, dan ia tidak mengetahui dibagian mana barakah makanan, apakah dimakanan yang ia makan, atau makanan yang menempel di jari-jemarinya, atau makanan yang menempel di piringnya atau makanan yang terjatuh, maka sepatutnya seseorang menjaga semua ini agar mendapatkan barakah. Dan barakah itu adalah tambahan dan menetapnya kebaikan, dan mendapatkan kenikmatan pada kebaikan itu. Dan yang dimaksud disini adalah (Allahu a'lam) didapatkannya gizi dan selamatnya dari kotoran (hal yang menyakitkan), dan menguatkan untuk taat kepada Allah, dan selain itu." (Syarah An-Nawawi li shahihi Muslim 3/203,204 dengan sedikit perubahan)

Al-Khithabi berkata, mengomentari anjuran untuk menjilat jari-jemari dan semisalnya : "Sebagian kaum dari orang-orang yang hidup mewah menduga bahwasannya menjilat jari-jemari itu adalah suatu yang jelek dan menjijikan, seolah-olah mereka tidak mengetahui bahwasannya sesuatu yang dijilat pada jari-jemari atau piring adalah bagian dari makanan itu sendiri yang mereka memakannya maka jika seluruh bagian yang dimakan itu tidak menjijikan maka sudah barang tentu bagian yang tersisa dari makanan yang menempel dalam jari-jemari itu tidak menjijikan …….(Ma'alim As-Sunan 4/184 dengan sedikit perubahan)

Dan dapat dilihat dari adab-adab Nabi tersebut anjuran untuk mendaptkan barakah makanan dan memperolaehnya, sebagaimana didalam adab-adab tersebut terdpat sikap menjaga untuk tidak menyia-nyiakan suatu bagian makanan yang mana hal ini akan membantu untuk mengumpulkan harta dan tidak boros.

5. Barakah Manimbang Makanan

Rasulullah r menganjurkan untuk menimbang makanan dan beliau menjanjikan adanya barakah dari makanan itu dari Allah.Tersebut dalam shahih Bukhari satu hadits dari Al-Miqdam bin Ma'ad Yakrib dari Nabi bahwasannya beliau bersabda : "Timbanglah makanan kalian niscaya akan diberkahi untuk kalian." (Bukhari 3/22)

Dan Ibnu Majah ditambah : "Pada makanan kalian". (Ibnu Majah 2/750,751, Ahmad 4/346, Ibnu Hibban 7/207)

Adapun menimbang yang dianjurkan adalah pada hal-hal yang mana seseorang menginfaqkan makanan itu untuk keluarganya, dan makna hadits tersebut diatas adalah : "Keluarkanlah ukuran timbangan makanan yang telah diketahui yang mencapai pada ukuran kalian, beserta barakah yang diletakkan Allah pada timbangan penduduk Madinah dengan do'a Nabi." (Fathul Bari 4/346)

Dan rahasia dalam menimbang ini adalah karena mengetahui apa yang akan dia makan dan akan disiapkan seseorang. (Umdatul Qari' lil 'Aini 11/247)

Adapun hadits Aisyah ra Rasulullah telah wafat dan tidak ada makanan yang beliau simpan melainkan setengah tepung yang disimpan untukku, lalu aku makan darinya hingga lama, lalu aku menimbangnya…….. (Bukhari 7/179, Muslim 4/2282)

Dan hadits-hadits semisalnya, saya akan menjawabnya dengan beberapa jawaban dengan berikut ini :
  • Bahwasannya yang dimaksud dengan hadits Al-Miqdam t diatas hendaknya seseorang menimbang makanan ketika mengeluarkan nafkah (untuk keluarganya darinya) dengan syarat sisanya itu ada dan tidak diketahui (dan barakah itu lebih banyak pada suatu yang tidak diketahui dan samar) dan ia menimbang makanan yang akan dikeluarkannya agar tidak keluar lebih dari kebutuhannya atau kurang dari kebutuhannya. (Syarah An-Nawawi li shahihi Muslim 18/107 dengan sedikit perubahan)
  • Dalam hadits itu ada kandungan dari makna Nabi : "Timbanglah makanan kalian", artinya adalah jika kalian menyimpannya dan meminta barakah dari Allah, percaya akan dikabulkan permintaan kalian, maka seseorang yang akan menimbangnya sesudah itu hanyalah untuk mengetahui ukurannya, maka ia ragu untuk diperkenankan permintaannya hingga di hukum Allah dengan cepat habisnya makanannya. (Fathul Bari 4/346)
  • Bahwasannya menimbang makanan hanylah diminta jika jual beli saja karena barakah akan didapatkan dalam makanan itu dengan menimbangnya karena mengikuti perintah syariat agama, dan hadits Aisyah diatas kandungannya adalah bahwasannya Aisyah menimbang makanannya untuk mengetahui oleh karena itu berkurang, dan pendapat lain ada yang mengatakan selain ini. (Fathul Bari 4/346)

Dan pendapat yang mendekati kebenaran menurut saya adalah pendapat yang pertama, karena sesungguhnya menimbang makanan dan mengetahui ukurannya disaat menggunakannya untuk diambil sesuai dengan kebutuhannya akan menghalangi dari melakukan perbuatan berlebih-lebihan dan boros.

Maraji':
Kitab At-Tabarruk Anwa'uhu wa Ahkamuhu.

Wanita Ahli Surga Dan Ciri-Cirinya

Setiap insan tentunya mendambakan kenikmatan yang paling tinggi dan abadi. Kenikmatan itu adalah Surga. Di dalamnya terdapat bejana-bejana dari emas dan perak, istana yang megah dengan dihiasi beragam permata, dan berbagai macam kenikmatan lainnya yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di hati.

Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kenikmatan-kenikmatan Surga. Di antaranya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (QS. Muhammad : 15)

“Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk Surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam Surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. Al Waqiah : 10-21)

Di samping mendapatkan kenikmatan-kenikmatan tersebut, orang-orang yang beriman kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala kelak akan mendapatkan pendamping (istri) dari bidadari-bidadari Surga nan rupawan yang banyak dikisahkan dalam ayat-ayat Al Qur’an yang mulia, di antaranya :

“Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS. Al Waqiah : 22-23)

“Dan di dalam Surga-Surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.” (QS. Ar Rahman : 56)

“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (QS. Ar Rahman : 58)

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqiah : 35-37)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menggambarkan keutamaan-keutamaan wanita penduduk Surga dalam sabda beliau :

“ … seandainya salah seorang wanita penduduk Surga menengok penduduk bumi niscaya dia akan menyinari antara keduanya (penduduk Surga dan penduduk bumi) dan akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan setengah dari kerudung wanita Surga yang ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan isinya.” (HR. Bukhari dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu)

Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

Sesungguhnya istri-istri penduduk Surga akan memanggil suami-suami mereka dengan suara yang merdu yang tidak pernah didengarkan oleh seorangpun. Di antara yang didendangkan oleh mereka : “Kami adalah wanita-wanita pilihan yang terbaik. Istri-istri kaum yang termulia. Mereka memandang dengan mata yang menyejukkan.” Dan mereka juga mendendangkan : “Kami adalah wanita-wanita yang kekal, tidak akan mati. Kami adalah wanita-wanita yang aman, tidak akan takut. Kami adalah wanita-wanita yang tinggal, tidak akan pergi.” (Shahih Al Jami’ nomor 1557)

Apakah Ciri-Ciri Wanita Surga

Apakah hanya orang-orang beriman dari kalangan laki-laki dan bidadari-bidadari saja yang menjadi penduduk Surga? Bagaimana dengan istri-istri kaum Mukminin di dunia, wanita-wanita penduduk bumi?

Istri-istri kaum Mukminin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping suaminya kelak di Surga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh penduduk Surga lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di dunia.

Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Di antara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :

  • Bertakwa.
  • Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
  • Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.
  • Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.
  • Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.
  • Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.
  • Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.
  • Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.
  • Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.
  • Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.
  • Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.
  • Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).
  • Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.
  • Berbakti kepada kedua orang tua.
  • Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.

Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Surga yang kami sadur dari kitab Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422-423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

“ … dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa’ : 13).

Wallahu A’lam Bis Shawab.


PACARAN = PENGHIANATAN

Wow sadis banget ya ? Bukankah pacaran itu merupakan sebuah sarana untuk mengungkapkan rasa cinta kita kepada lawan jenis, kenapa di tuduh sebagai sebuah penghianatan yang itu bertolak belakang dengan rasa cinta ….

Mungkin itulah pendapat teman - teman ketika membaca judul salah satu tulisan di blog ini. Tapi sebelum menjudge tulisan ini alangkah baiknya kita baca dulu penjelasan berikut.

Pacaran bagi temen2 mungkin sesuatu yang biasa di lifestyle kita, lihat orang mojok di kampus , kantin, taman, mungkin dah biasa dan kita anggap itu sah2 saja karena mereka baru mengungkapkan perasaan cinta mereka yang itu merupakan hsk mereka.

Tapi pertanyaan kita apakah pacaran itu merupakan sesuatu yang bersifat kaih sayang ? sebelum jauh membahas kita tanya saja dulu para pelaku pacaran ( he…. kayak tndak kriminil ja ya…. ) apa sih tujuan mereka pacaran ? Untuk mengungkapkan rasa cinta, itu mungkin salah satu jawaban mereka, atau mungkin ikut - ikutan ja lagi trends kalee…. Lau pertanyaan berikutnya seriuskah mereka pacaran ? Ya seriuslah……masak pacaran maen2 ini kan menyangkut hati seorang manusia, cie……….. inilah jawaban salah satu aktivis PPP ( bukan nama partai, tapi Persatuan Pelaku Pacaran, he…maksa banget ya..) kita tanya lagi siapkah mereka menikah? Ha… menikah? itu nanti kale… mungkin jawaban mereka juga Pacaran kan masa penjajakan ngapa mikir nikah ?

Dari rangkaian jawaban di atas kita dapat menyimpulkan vahawa sebagian besar pelaku pacaran adalah TIDAK SERIUS, mungkin hanya maen - maen saja dan hafing fun lah….. Lalu bagaimanan tentang waktu kita yang terbuang hanya untuk sesuatu yang hafing fun saja? Bagaimana kalau waktu itu kita gunakan untuk sesuatu yang bermanfaat ? Bukankah masih banyak hafing fun yang bermanfaat ? Eits… pacaran kan dapat memotivasi kita untuk belajar…. Mungkin jawaban ini tidak sepenuhnya salah, tapi bagaimana kalau kita menggunakan sarana memotivasi yang lebih efektif ? seperti Tuhan kita contohnya, alangkah bijaknya jika kita selau termotivasi untuk berbua sesuatu karena Tuhan kita, sudah dapet dunianya, akherat pun di raih juga…

He…. kita kok jadi ngelantur ya…. bukankah kita mo bahas tentang penghianatan… OK…. sekarang ayo kita simak lagi……….

Teman - teman percaya jodoh nggak ? ya percaya banget lah.. Kapan kita ketemu jodoh kita ? Hmmm….saat menikah ya ? Dari daftar jawaban pada paragraf sebelumnya menyebutkan bahwa tidak 100% pacaran itu untuk menikah.. Lalu bagaimana nasib bidadari ( baca jodoh kita ) yang dijanjikan ALLAH di seberang sana atau mungkin di dekat kita sekarang? Bukankah saat kita bermanja - manjaan dengan pacar kita, kita juga menghianati perasaan bidadari kita ? Tapi dia kan tidak tahu ? mungkin itu anggapan temen 2, tapi apakah kasih sayang itu menunggu orang yang kita sayangi tahu atau melihat, lalu kalau si dia tidak tahu kita berpaling darinya, bukankah itu sebuah PENGHIANATAN ?

Mari kita jangan terus melakukan sebuah penghianatan kepada orang yang akan menemani kita sampai akhir hayat, Insya Allah….

Wanita yang baik untuk lelaki yang baik itulah janji Allah…..


MENGAPA WANITA HARUS BERHIJAB

Pertanyaan ini sangat penting untuk dilontarkan dan jawabannya sangat lebih penting lagi. Akan tetapi, pertanyaan di atas membutuhkan jawa-ban yang sangat panjang. Di sini akan kami sebutkan sebagian dari jawaban tersebut:

Pertama : Sebagai Realisasi Ketaatan Kepada Allah dan Rasul-Nya.

Karena ketaatan tersebut akan menjadi sumber kebahagiaan dan kesuksesan besar di dunia dan akhirat. Maka seseorang tidak akan merasakan manisnya iman sebelum mampu melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya serta berusaha merealisasikan semua perintah-perintah tersebut. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, “Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Al- Ahzab :71)

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda,“Sungguh akan merasakan manisnya iman seseorang yang telah rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai nabi (yang diutus Allah).” (H.R. Muslim)

Di samping itu, bahwa tujuan utama Allah menciptakan jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana yang telah difirmankan di dalam surat adz-Dzariyat ayat 56. Maka segala aktivitas dan kegiatan manusia hendaklah mencerminkan nilai ibadah kepada Allah termasuk dalam berbusana dan berpakaian.Caranya adalah dengan meyesuaikan diri dengan aturan dan ketentuan berpakaian yang telah digariskan dalam syari’at Islam.

Kedua : Menampakkan Aurat dan Keindahan Tubuh Merupakan Bentuk Maksiat yang Mendatangkan Murka Allah dan Rasul-Nya.

Allah Subhannahu wa Ta'ala Berfirman,“Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata. (Al-Ahzab :36).

Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda,“Setiap umatku (yang bersalah) akan dimaafkan, kecuali orang yang secara terang-terangan (berbuat maksiat).”(Muttafaqun ‘alaih).

Sementara wanita yang menampakkan aurat dan keindahan tubuh, telah nyata-nyata menampakkan kemaksiatan secara terang-terangan. Hal ini dikarenakan Allah telah menjelaskan batasan aurat seorang wanita, perintah untuk menutupinya ketika di hadapan orang asing (bukan mahram) serta mencela dan melaknat wanita yang memamerkan auratnya di depan umum.

Jika seorang wanita hanya sekedar lewat dengan memakai parfum di hadapan kaum lelaki saja dapat dikategorikan zina, sebagaimana disabdakan Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam di dalam makna memancing dan mengundang perbuatan tersebut, maka bagaimana lagi dengan mempertontonkan sesuatu yang tak selayaknya diperlihatkan?
Bau wangi yang bersumber dari seorang wanita dapat membangkitkan imajinasi kaum lelaki yang mencium aroma tersebut.Maka membuka aurat jelas lebih dilarang dalam Islam karena bukan sekedar memberikan gambaran, namun benar-benar menampakkan bentuk riilnya.

Ketiga : Hijab Dapat Meredam Berbagai Macam Fitnah.

Jika berbagai macam fitnah lenyap, maka masyarakat yang dihuni oleh kaum wanita berhijab akan lebih aman dan selamat dari fitnah. Sebaliknya apabila suatu masyarakat dihuni oleh wanita yang tabarruj atau pamer aurat dan keindahan tubuh, sangat rentan terhadap ancaman berbagai fitnah dan pelecehan seksual serta gejolak syahwat yang membawa malapetaka dan kehancuran. Bagian tubuh yang terbuka, jelas akan memancing perhatian dan pandangan berbisa. Itulah tahapan pertama bagi penghancuran serta perusakan moral dan peradaban sebuah masya-rakat.

Keempat : Tidak Berhijab dan Pamer Perhiasan Akan Mengundang Fitnah bagi Laki-Laki.

Seorang wanita apabila menampakkan bentuk tubuh dan perhiasannya di hadapan kaum laki-laki bukan mahram, hanya akan mengundang perhatian kaum laki-laki hidung belang dan serigala berbulu domba. Jika ada kesempatan, maka mereka akan dengan ganas dan beringas memangsa, laksana singa sedang kelaparan.

Penyair berkata,
Berawal dari pandangan lalu senyuman kemudian salam,
Disusul pembicaraan lalu berakhir dengan janji dan pertemuan.

Kelima : Menunjukkan Kepribadian dan Identitas serta Mencegah dari Gangguan.

Jika seorang wanita muslimah menjaga hijab, secara tidak langsung ia berkata kepada semua kaum laki-laki “Tundukkanlah pandanganmu, aku bukan milikmu serta kamu juga bukan milikku, tetapi saya hanya milik orang yang dihalalkan Allah bagiku. Aku orang yang merdeka dan tidak terikat dengan siapa pun dan aku tidak tertarik kepada siapa pun, karena saya jauh lebih tinggi dan terhormat dibanding mereka yang sengaja mengumbar auratnya supaya dinikmati oleh banyak orang.”

Wanita yang bertabarruj atau pamer aurat dan menampakkan keindahan tubuh di depan kaum laki-laki lain, akan mengundang perhatian laki-laki hidung belang dan serigala berbulu domba. Secara tidak langsung ia berkata, “Silahkan anda menikmati keindahan tubuhku dan kecantikan wajahku. Adakah orang yang mau mendekatiku? Adakah orang yang mau memandangiku? Adakah orang yang mau memberi senyuman kepadaku? Atau manakah orang yang berseloroh “Aduhai betapa cantiknya?” Mereka berebut menikmati keindahan tubuhnya dan kecantikan wajahnya, sehingga membuat laki-laki terfitnah, maka jadilah ia sasaran empuk laki-laki penggoda dan suka mempermainkan wanita.

Manakah di antara dua wanita di atas yang lebih merdeka? Jelas, wanita yang berhijab secara sempurna akan memaksa setiap laki-laki yang melihat menundukkan pandangan dan bersikap hormat. Mereka juga menyimpulkan, bahwa dia adalah wanita merdeka, bebas dan sejati, sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta'ala ,
“Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” (Al-Ahzab :59).

Wanita yang menampakkan aurat dan keindahan tubuh serta paras kecantikannya, laksana pengemis yang merengek-rengek untuk dikasihani. Hal itu jelas mengundang perhatian laki-laki yang hobi menggoda dan mempermainkan kaum wanita, sehing-ga mereka menjadi mangsa laki-laki bejat dan rusak tersebut.Dia ibarat binatang buruan yang datang sendiri ke perangkap sang pemburu. Akhirnya, ia menjadi wanita yang terhina, terbuang, tersisih dan kehilangan harga diri serta kesucian. Dan dia telah menjerumuskan dirinya dalam kehancuran dan malapetaka hidup.

SYARAT-SYARAT HIJAB

Pertama : Hendaknya menutup seluruh tubuh dan tidak menampakkan anggota tubuh sedikit pun, selain yang dikecualikan karena Allah berfirman, “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang biasa nampak.” (An-Nuur: 31)

Dan juga firman Allah Subhannahu wa Ta'ala,“Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (Al Ahzab :59).

Kedua : Hendaknya hijab tidak menarik perhatian pandangan laki-laki bukan mahram. Agar hijab tidak memancing pandangan kaum laki-laki, maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  1. Hendaknya hijab terbuat dari kain yang tebal, tidak menampakkan warna kulittubuh (transfaran).
  2. Hendaknya hijab tersebut longgar dan tidak menampakkan bentuk anggota tubuh.
  3. Hendaknya hijab tersebut tidak berwarna-warni dan bermotif.
  4. Hijab bukan merupakan pakaian kebanggaan dan kesombongan karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda,“Barangsiapa yang mengenakan pakaian kesombongan (kebanggaan) di dunia maka Allah akan mengenakan pakaian kehinaan nanti pada hari kiamat kemudian dibakar dengan Neraka.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah, dan hadits ini hasan).
  5. Hendaknya hijab tersebut tidak diberi parfum atau wewangian berdasar-kan hadits dari Abu Musa Al-Asy’ary, dia berkata, Bahwa Rasulullah bersabda,“Siapa pun wanita yang mengenakan wewangian, lalu melewati segolongan orang agar mereka mencium baunya, maka ia adalah wanita pezina” (H.R Abu Daud, Nasa’i dan Tirmidzi, dan hadits ini Hasan)


Ketiga : Hendaknya pakaian atau hijab yang dikenakan tidak menyerupai pakaian laki-laki atau pakaian kaum wanita kafir, karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda,“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Dan Rasulullah mengutuk seorang laki-laki yang mengenakan pakaian wanita dan mengutuk seorang wanita yang mengenakan pakaian laki-laki. (H.R. Abu Dawud an-Nasa’i dan Ibnu Majah, dan hadits ini sahih).

Catatan :
Menutup wajah menurut syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani di dalam kitabnya Jilbab al-Mar’ah al-Muslimah Fil Kitab Was Sunnah, adalah sunnah, akan tetapi yang memakainya mendapat keutamaan.

Semoga tulisan ini memberi manfaat bagi seluruh kaum muslimin, terutama para wanita muslimah agar lebih mantap/teguh dalam menjaga hijab mereka.

Penyusun : Ummu Ahmad Rifqi